Sejarah Alkitab Indonesia

Penerjemahan Alkitab

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
Persebaran Firman di Sepanjang Zaman
Sejarah Alkitab di Indonesia
Sejarah Alkitab Daerah Indonesia
Sejarah Alkitab di Luar Indonesia
Biblika
Doktrin Alkitab
Pengantar dan Garis Besar Kitab
Studi Kata Alkitab



Menurut catatan resmi Perserikatan Lembaga-lembaga Alkitab Sedunia (United Bible Societies), pada tahun 1800 hanya ada 68 bahasa di dunia yang memiliki terjemahan Alkitab, Perjanjian Baru atau salah satu buku dari Alkitab. Akan tetapi, pada akhir tahun 1992, telah tersedia terjemahan Alkitab dalam 2018 bahasa di dunia. Dengan perincian: 333 bahasa memiliki terjemahan Alkitab, 769 bahasa memiliki terjemahan Perjanjian Baru, dan 916 bahasa memiliki terjemahan salah satu buku dari Alkitab. (Termasuk di dalamnya terjemahan Alkitab dalam 134 bahasa di Indonesia, yang terdiri atas 17 Alkitab, 27 Perjanjian Baru dan 90 bagian Alkitab.) Ini berarti Alkitab merupakan satu-satunya buku yang paling banyak diterjemahkan di jagad ini.

Pada saat ini, 110 Lembaga-lembaga Alkitab di seluruh dunia yang tergabung dalam United Bible Societies, berpartipasi aktif dalam usaha penerjemahan Alkitab ke dalam 624 bahasa di dunia, termasuk di dalamnya 426 bahasa yang sebelumnya tidak pernah memiliki terjemahan Alkitab maupun bagiannya. Bila Lembaga-lembaga Alkitab di seluruh dunia termasuk Lembaga Alkitab Indonesia begitu giat dalam usaha penerjemahan Alkitab, pastilah timbul pertanyaan-pertanyaan, misalnya bagaimanakah perkembangan metoda penerjemahan Alkitab, apakah tujuan penerjemahan Alkitab, dan bagaimanakah pengorganisasian penerjemahan Alkitab? Tulisan ini berusaha memberi jawaban ringkas atas pertanyaan-pertanyaan di atas.

Daftar isi

Perkembangan Metoda Penerjemahan Alkitab

Dilihat dari segi bahasa sasaran dan fungsi terjemahan Alkitab, secara garis besarnya ada empat periode perkembangan metode penerjemahan Alkitab:

Tahun 200 s.M. - 400 M.

Yang paling berperan dalam penerjemahan Alkitab pada periode ini adalah kaum Yahudi. Kitab Torah yaitu kelima kitab pertama (Kejadian, keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan) yang juga disebut Pentateukh, merupakan bagian Alkitab Ibrani yang pertama-tama diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani yang merupakan bahasa pengantar pada zaman Helenisme. Konon terjemahan yang dikenal dengan dengan sebutan Septuaginta (LXX) ini dikerjakan atas perintah Raja Ptolomaios II Philadelphos di Aleksandria, Mesir pada abad ke-3 s.M. Penerjemahan ini dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan praktis bangsa israel yang tinggal di perantauan. Mula-mula bahasa Ibrani adalah satu-satunya bahasa ibu dan bahasa pengantar bangsa Israel, kemudian dibawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Asyur bahasa Aram menggeser kedudukan bahasa Ibrani. Pada zaman Yesus bahasa Aram masih dipakai, tetapi dengan menonjolnya pengaruh Helenisme, bahasa Yunani menggeser bahasa lain dan telah menjadi bahasa umum (lingua franca) bagi penduduk sekitar Laut Tengah pada masa itu. Setelah penerjemahan Kitab Torah, menyusul terjemahan bagian-bagian Alkitab yang lain sehingga lengkaplah seluruhnya (yaitu "Perjanjian Lama' bagi orang Kristen) ditmbah dengan kitab-kitab Deuterokanonika. Terjemahan Septuaginta inilah yang dipakai oleh Gereja mula-mula, tetapi justru karenanya tidak lagi dipakai oleh orang-orang Yahudi. Selain itu ada juga terjemahan yang lebih bebas ke dalam bahasa Aram yang dikenal dengan sebutan Targum.

Menurut legenda, ke-72 orang penerjemah Septuginta secara terpisah diilhami oleh Allah sehingga setiap penerjemah menerjemahkan teks yang ama dengan kata-kata yang sama, seakan-akan mereka didikte secara bersama-sama.

Selanjutnya pada abd ke-2 M, tersedia terjemahan Alkitab dalam bahasa Latin dan bahasa Siria (sekarang Suria). Pada abad ke-3 tersedia terjemahan bahasa Koptik (sekarang Mesir). Terjemahan bahasa Etiopi (sekarang Etiopia), bahasa Gotik (sekarang Jerman) dan bahasa Georgia (sekarang Kaukasus) tersedia pada abad ke-4.

Tahun 400 M.-1500 M.

Periode ini ditandai oleh kegiatan penerjemahan Alkitab oleh umat Kristiani (Katolik), dalam bahasa Yunani dan khususnya bahasa Latin. Sekitar tahun 400, disiapkan terjemahan Alkitab Latin yang disebut Vulgata (artinya "untuk semua orang"). Terjemahan itu dikerjakan berdasarkan teks asli Alkitab. Penerjemahnya adalah Jerome (Hieronymus) seorang imam dan ahli bahasa, yang ditugaskan oleh Paus Damasus I untuk mengerjakan terjemahan itu. Alkitab Vulgata menjadi Alkitab resmi lebih dari 1000 tahun, dan masih dipergunakan sampai sekarang.

Ada orang yang menganggap terjemahan Alkitab sama seperti terjemahan teks umum lainnya, meskipun yang diterjemahkan adalah Kitab Suci. Tetapi ada yang menganggap Roh Kudus dapat bekerja melalui manusia dan Gereja dalam penerjemahan Alkitab. Suatu terjemahan dikatakan diilhami Allah karena orang ingin menekankan hasil terjemahan sebagai terjemahan yang terbaik, dan untuk menghindari terjemahan lainnya. Ini merupakan pengalaman Agustinus dan Jerome. Agustinus mempertahankan terjemahan Septuaginta sebagai terjemahan yang diilhami Allah, karena pada waktu itu Jerome berusaha menerjemahkan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Latin berdasarkan naskah bahasa Ibraninya, dan bukan berdasarkan terjemahan Septuaginta.

Kasus Jerome mengajukan satu pertanyaan apakah terjemahan harus berdasarkan teks terjemahan yang lebih lama yang sudah disetujui oleh Gereja atau berdasarkan naskah dalam bahasa aslinya (Ibrani, Aram dan Yunani). Untuk jangka waktu yang cukup lama yaitu sampai dengan era Reformasi, teks Vulgata yang diterjemahkan oleh Jerome, dipakai sebagi teks dasar terjemahan.

Kemudian pada abad ke-5, 6 dan 7 berturut-turut tersedia terjemahan Alkitab dalam bahasa Armenia, bahasa Nubia (sekarang Sudan), dan bahasa Arab. Pada abad ke-8, disediakan terjemahan-terjemahan dalam bahasa Inggris kuno (Anglo-Saxon) oleh Caedmon dan Bede. Sedang pada abad ke-9 disediakan terjemahan-terjemahan dalam bahasa Jerman, Slav dan Frank. Terjemahan dalam bahasa Perancis disiapkan pada abad ke-12 dan terjemahan-terjemahan dalam bahasa Spanyol, Italia, Belanda, Polandia dan Islandia disiapkan pada abad ke-13. Pada abad ke-14 tersedia terjemahan-terjemahan dalam bahasa Inggris, bahasa Persia (Iran), bahasa Ceko dan bahasa Denmark.

Pada tahun 1384 John Wycliffe selesai menerjemahkan Alkitab dari bahasa Latin Vulgata ke dalam bahasa Inggris. Inilah terjemahan Alkitab yang pertama dalam bahasa Inggris sehari-hari pada waktu itu. Karena keberaniannya dan prakarsanya yang tidak lazim pada zaman itu, ia kecam sebagai orang sesat.

Tahun 1500 M. - 1960 M.

Sejak tahun 1500 sampai dengan tahun 1960, umat Protestanlah yang paling giat dalam usaha penerjemahan Alkitab, khususnya terjemahan ke dalam bahasa-bahasa di Eropa.

Pada akhir abad ke-15 dan permulaan abad ke-16, Johannes Reuchlin (untuk Perjanjian Lama) dan Desiderius Erasmus (untuk Perjanjian Baru) menghidupkan kembali usaha penerjemahan Alkitab berdasarkan naskah dalam bahasa aslinya. Mereka menganggap terjemahan Alkitab harus berdasarkan eksegesis, dan penerjemahan sedapat mungkin menentukan arti dari terjemahan. Penerjemah harus menerjemahkan artinya meskipun sudah tersedia terjemahan formal, tafsiran yang dapat diterima, dan terjemahan yang berdasarkan pandangan teologis dan lain sebagainya.

William Tyndale yang mengerjakan terjemahan Perjanjian Baru dari teks Yunani pada tahun 1526 dan sebagian Perjanjian Lama dari teks Ibrani, dipenjarakan dan dibakar hidup-hidup karena usahanya ini.

Pada abad ke-16, tokoh-tokoh reformator gereja juga menyadari bahwa Alkitab hanya dapat dipahami jika diterjemahkan ke dalam bahasa pembaca/pendengarnya. Maka Martin Luther menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Jerman sehari-hari bagi penutur bahasa Jerman.

Sementara itu dengan diciptakannya mesin cetak oleh Johannes Gutenberg pada pertengahan abad ke-15, produksi pencetakan buku mulai meningkat seiring dengan peningkatan kegiatan penerjemahan. Dan kemajuan teknik cetak kemungkinan penerbitan Alkitab dalam ukuran kecil, Alkitab pertama dalam edisi kecil adalah Geneva Bible (1560).

Alkitab bahasa Inggris yang pertama dicetak adalah Coverdale Bible (1535) yang diterjemahkan oleh Miles Coverdale berdasarkan Vulgata, Luther Bible dan Tyndale Bible. Terjemahan ini dipersembahkan kepada raja Inggris dan menjadi terjemahan resmi. Selanjutnya pada tahun 1611 diedarkan satu Alkitab edisi ekumenis dalam bahasa Inggris yang dikenal sebagai King James Version (Authorized Version) yang penerjemahannya dilakukan oleh 50 orang atas perintah Raja James dari Inggris. King James Bible hingga sekarang telah direvisi untuk kelima kalinya.

Sementara itu untuk keperluan umat Katolik Roma yang mengungsi dari Inggris, disiapkanlah Douai-Rheims Bible (1609). Penerjemahannya dilakukan oleh William Allen dan Gregory Martin dari Alkitab Vulgata ke dalam bahasa Inggris. Terjemahan ini direvisi beberapa kali oleh Challoner antara tahun 1749-1722.

Pada periode inilah dimulai gerakan Lembaga Alkitab. Awal abad ke-19 ditandai dengan berdirinya Lembaga Alkitab pertama di dunia yaitu Lembaga Alkitab Inggris (The Bible Society of Britain and Foreign Parts, sekarang the British and Foreign Bible Society) pada tahun 1804. Pendirian Lembaga Alkitab Inggris disusul dengan Pendirian Lembaga Alkitab Belanda (Het Nederlandsch Bijbelgenootschap (The American Bible Society) pada tahun 1816, dan lembaga-lembaga Alkitab lainnya. Untuk menggalang persatuan dan kesatuan yang lebih baik, sekaligus untuk koordinasi dana, daya, dan sumber daya manusia, Lembaga-lembaga Alkitab di seluruh dunia pada tahun 1946 bergabung dalam wadah Perserikatan Lembaga-lembaga Alkitab Sedunia (United Bible Societies).

Pada periode ini disiapkan terjemahan-terjemahan ke dalam bahasa Melayu/Indonesia, antara lain Matius oleh A.C. Ruyl (1629), Perjanjian Baru oleh D. Brouwerius (1668), Alkitab oleh M. Leijdecker (1733), Perjanjian baru oleh J. Emde (1835), dan Alkitab oleh H.C. Klinkert (1879).

Patut dicatat bahwa pada era misionaris modern, banyak terjemahan Alkitab berdasarkan teks terjemahan yang ada, bukan berdasarkan naskah dalam bahasa aslinya, karena penerjemah tidak memahami bahasa asli, karena penerjemah tiadak memahami bahsa asli Alkitab. Mereka menerjemahkan Alkitab sedekat mungkin dengan bahasa aslinya dengan bantuan buku-buku tafsiran dan bahan-bahan lainnya.

Jadi, pada hakikatnya selama tiga periode itu metode penerjemahan Alkitab yang dominan adalah metoda penerjemahan harfiah (kata-demi-kata) yang lebih mementingkan pengalihan bentuk bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

Tahun 1960 - sekarang

Periode ini merupakan masa kerja sama antara umat Yahudi, Katolik dan Protestan dalam usaha penerjemahan Alkitab. Ditandai oleh perubahan metode penerjemahan Alkitab yang lebih mengarah pada penekanan komunikasi makna teks dari bahasa asli ke dalam bahasa sasaran yang umum dan wajar, dan tidak lagi terikat pada bentuk bahasa aslinya. Hal ini dibenarkan oleh Prof. Harry Orlinsky dari Hebrew Union College-Jewish Institute of Religion, New York. Metode penerjemahan Alkitab yang paling menonjol pada periode ini adalah metoda Dinamis atau Fungsional yang dipopulerkan oleh Dr. Eugene Nida. Bahkan Prof. Donald Carson dari Trinity Evangelical Divinity School, Deerfield, Illinois, menilai bahwa metode Dinamis atau Fungsional telah menjadi teladan yang terkemuka dalam bidang penerjemahan Alkitab. Dan yang menonjol peranannya alam usaha penerjemahan Alkitab pada periode ini adalah penutur asli bahasa sasaran, yaitu penutur bahasa ibu menjadi penerjemah utama di seluruh dunia. Dan usaha penerjemahan Alkitab ke dalam bebagai bahasa nasional dan bahasa daerah di seluruh dunia telah menjadi kerangka acuan untuk mengembangkan teologi setempat yang kontekstual seperti yang dikembangkan oleh Samuel Escobar, Kosuke Koyama, dan lain-lannya.

Di Indonesia juga terdapat terjemahan ekumenis seperti Alkitab Terjemahan Baru (1974), Alkitab Kabar Baik dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari (1985), dan Alkitab dalam berbagai bahasa daerah di Nusantara yang dikerjakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia dalam kerja sama dengan Lembaga Biblika Indonesia/Konferensi Wali gereja Indonesia.


Bibliografi
Artikel ini diambil dari:
Weinata Sairin, J.S. Aritonang, R.Z. Leirissa, Daud Soesilo, P.G. Katoppo, 1994. Persebaran Firman di Sepanjang Zaman. Lembaga Alkitab Indonesia dan PT BPK Gunung Mulia.
kembali ke atas